Senin, Mei 26, 2008

Ringkasan Cara Pengurusan Jenazah [Pujian Terhadap Mayat, Memandikan Mayat, Mengkafani Mayat]

VIII PUJIAN ORANG TERHADAP MAYAT

[1] Pujian baik terjadap mayat dari sekelompok orang-orang muslim yang benar-benar, paling kurang dua orang di antara tetangga-tetangganya yang arif, shalih dan berilmu dapat menjadi penyebab masuknya mayyit ke dalam surga.

[2] Jika kematian seseorang bertetapan dengan gerhana matahari atau bulan, maka hal itu tidak menunjukkan sesuatu. Sedangkan anggapan bahwa hal itu merupakan tanda-tanda kemualian si mayyit adalah khurafat jahiliyah yang bathil


IX MEMANDIKAN MAYAT

[1] Jika sudah meninggal, maka orang-orang yang ada di sekitarnya harus segera memandikannya.

[2] Dalam memandikan mayyit, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memandikan tiga kali atau lebih, sesuai dengan yang dibutuhkan
b. Memandikan dengan junlah ganjil
c. Mencampur sebagian dengan sidr, atau yang bisa menggantikan fungsinya seperti sabun
d. Mencampur mandi terakhir dengan wangi-wangian seperti kapur barus/kamper dan ini lebih afdhal. (terkecuali jika yang meninggal sedang melakukan ihram maka tidak boleh diberi wangi-wangian)
e. Ikatan rambut harus dibuka, lalu rambut dicuci dengan baik.
f. Menyisir rambut
g. Mengikat mejadi tiga bagian untuk rambut wanita, lalu mebentangkan ke belakangnya
h. Memulai memandikan dari bagian kanannya dan anggota wudhunya dan anggota wudhunya
i. Laki-laki dimandikan oleh laki-laki juga, dan wanita dimandikan oleh wanita juga. (Terkecuali bagi suami-istri, boleh saling memandikan, karena ada dalil sunnah yang memperkuat amalan ini)
j. Memandikan dengan potongan-potongan kain dalam keadaan terbuka dengan kain di atas tubuhnya setelah membuka semua pakaiannya
k. Yang memandikan mayyit adalah orang yang lebih mengetahui cara penyelenggaraan mayat/jenazah sesuai dengan sunnah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, lebih-lebih jika termasuk kerabat keluarga mayyit.

[3] Yang memandikan mayyit akan mendapatkan pahala yang besar jika memenuhi dua syarat berikut.

a. Menutupi kekurangan yang ia dapati dari mayyit dan tidak menceritakan kepada orang lain
b. Ikhlas karena Allah semata dalam mejalankan urusan jenazah tanpa mengharapkan pamrih dan terima kasih serta tanpa tujuan-tujuan duniawi. Karena Allah tidak menerima amalan akhirat tanpa keikhlasan semata-mata kepada-Nya.

[4] Danjurkan bagi yang memandikan jenazah supaya mandi. (Tidak diwajibkan).

[5] Tidak disyariatkan memandikan orang yang mati syahid di medan perang, meskipun ia gugur dalam keadaan junub.


X MENGKAFANI MAYAT

[1] Setelah selesai memandikan mayat, maka wajib dikafani.

[2] Kain kafan serta biayanya diambil dari harta si mayyit sendiri, meskipun hartanya sampai habis, tidak ada yang tertinggal lagi.

[3] Seharusnya kain kafan menutupi semua anggota tubuhnya.

[4] Jika seandainya kain kafan tidak mencukupi semua tubuhnya, maka diutamakan menutupi kepalanya sampai ke sebagian tubuhnya, adapun yang masih terbuka maka ditutupi dengan daun-daunan yang wangi. (Hal yang seperti ini jarang terjadi paza zaman kita sekarang ini, tetapi ini adalah hukum syar'i).

[5] Jika kain kafan kurang, sementara jumlah mayat banyak, maka boleh mengkafani mereka secara massal dalam satu kafan, yaitu dengan cara mebagi-bagi jumlah tertentu di kalangan mereka dengan mendahulukan orang-orang yang lebih banyak mengetahui dan menghafal Al-Qur'an ke arah kiblat

[6] Tidak boleh membuka pakaian orang yang mati syahid yang dipakainya sewaktu mati, ia dikuburkan dengan pakaian yang dipakai syahid.

[7] Dianjurkan mengkafani orang yang mati syahid dengan selembar kain kafan atau lebih di atas pakaian yang sedang di pakai

[8] Orang yang mati dalam keadaan berihram dikafani dengan kedua pakaian ihram yang sedang dipakainya

[9] Hal-hal yang dianjurkan dalam pemakaian kain kafan :

a. Warna putih
b. Menyiapkan tiga lembar
c. Satu diantaranya bergaris-garis (Ini tidak bertentangan dengan bagian (a) karena dua hal : - Pada umumnya kain putih bergaris-garis putih, - Di antara ketiga lembar kafan tadi, satu yang bergaris-garis sedangkan yang lainnya putih
d. Memberikan wangi-wangian tiga kali.

[10] Tidak boleh berfoya-foya dalam pemakain kain kafan, dan tidak boleh lebih dari tiga lembar, karena hal itu menyalahi cara kafan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terlebih lagi perbuatan itu dianggap menyia-nyiakan harta

[11] Dalam cara mengkafani tadi, mengkafani wanita sama caranya dengan mengkafani pria karena tidak adanya dalil yang menjelaskan perbedaan itu.


XI MEMBAWA JENAZAH SERTA MENGANTARNYA

[1] Wajib membawa jenazah dan mengantarnya, karena hal itu adalah hak seorang muslim yang mati terhadap kaum muslimin yang lain.

[2] Mengikuti jenazah ada dua tahap :

a. Mengikuti dari keluarganya sampai dishalati
b. Mengikuti dari keluarganya sampai selesai penguburannya, dan inilah yang lebih utama

[3] Mengikuti jenazah hanya dibolehkan bagi laki-laki, tidak dibolehkan bagi wanita, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang wanita mengikuti jenazah.

[4] Tidak dibolehkan mengikuti jenazah dengan cara-cara sambil menangis, begitu pula membawa wangi-wangian dan sebagainya. (Termasuk dalam kategori ini amalan orang awam sambil membaca : "Wahhiduul -Ilaaha" atau jenis dzikir-dzikir lainnya yang dibuat-buat.

[5] Harus cepat-cepat dalam membawa jenazah dalam arti tidak berlari-lari.

[6] Boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya (ini yang lebih afdhal), boleh juga di samping kanannya atau kirinya dengan posisi dekat dengan jenazah, kecuali yang berkendaraan maka mengikuti dari belakang. (Perlu diketahui bahwa berjalan lebih afdhal dari pada berkendaraan).

[7] Boleh pulang berkendaraan setelah menguburkan mayat, tida makruh.

[8] Adapun membawa jenazah di atas kereta khusus atau mobil ambulance, kemudian orang-orang yang mengantarnya juga memakai mobil, maka hal ini termasuk tidak disyari'atkan, karena ini adalah kebiasaan orang-orang kafir, serta menghilangkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengantaran jenazah yaitu mengingat-ingat akhirat, lebih-lebih lagi karena hal itu menjadi penyebab terkuat berkurangnya pengantar jenazah dan hilang kesempatan orang-orang yang ingin mendapatkan pahala. (Kecuali dalam keadaan darurat maka boleh memakai mobil).

[9] Berdiri untuk menghormati jenazah hukumnya mansukh (dihapuskan), oleh karena itu tidak boleh lagi diamalkan.

[10] Dianjurkan bagi yang membawa jenazah supaya berwudhu, tapi ini tidak wajib.

[Disalin dari kitab Muhtasar Kiatab Ahkaamul Janaaiz wa Bid'auha, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany, diringkas oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan diterjemahkan oleh Muhammad Dahri Komaruddin]

Rabu, Januari 30, 2008

Malam Pertama Di Alam Kubur


Malam pertama...
Malam itu ialah Malam Pertama Di Alam Kubur
Pernahkah engkau melihat kuburan?
Pernahkah engkau melihat gelapnya kuburan?
Pernahkah engkau melihat sempit dan dalamnya liang lahat?
Pernahkah engkau membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur?
Sedarkah engkau bahawa kuburan itu dipersiapkan untukmu dan untuk orang-orang selain darimu?
Bukankah telah silih berganti engkau melihat
teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga terdekatmu diusung dari dunia fana ini ke kuburan?

Apakah Malam Pertama Kita di Alam Kubur Nanti Asyik dan Nikmat atau Penuh Derita dan Sengsara?"
Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur?
Tidakkah engkau tahu, bahawa ia adalah malam yang sangat mengerikan.
Malam yang kerananya para ulama' serta orang-orang yang soleh menangis dan orang-orang bijak mengeluh.
Apa tidaknya, kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeza.
"Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu.
Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, fikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?"

Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat handai,
dunia yang diterangi dengan lampu-lampu yang pelbagai warna dan sinaran,
dunia yang dihidangkan dengan pelbagai makanan yang lazat-lazat serta minuman yang pelbagai,
tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam dunia yang kelam gelap-gelita,
lilin-lilin yang menerangi
dunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan,
dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah.

Pada saat kita mula membuka mata di malam pertama kita di alam kubur,
segala-galanya amat menyedihkan,
tempik raung memenuhi ruang yang sempit tapi apakan daya semuanya telah berakhir.
Itukah yang kita mahukan?
Pastinya tidak bukan?
Oleh itu beramallah dan ingatlah sentiasa betapa kita semua akan menempuhi Malam Pertama Di Alam Kubur!
Di dalam usahanya mempersiapkan diri menghadapi malam pertama tersebut, adalah diceritakan bahawa Rabi' bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila ia mendapati hatinya keras,
maka ia masuk ke liang kubur tersebut.
Ia menganggap dirinya telah mati,
lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia,
seraya membaca ayat: "Ya Rabbku, kembalikanlah aku semula (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal soleh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu)." (Surah Al-Mu'minun, ayat 99-100)

Kemudian ia menjawab sendiri; "Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi'.." Dan disebabkan hal tersebut, Rabi' bin Khutsaim didapati pada hari-hari sesudahnya sentiasa dalam keadaan beribadah dan bertaqwa kepada Allah! Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut akan hausnya di hari penyesalan? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya. "Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!"

Kematian itu pasti. Ia tidak meleset meski hanya sedetik. Ia biasa datang menyerap dengan tiba-tiba. Ia misteri. Kerananya setiap orang semestinya selalu siap. Dan tentu, husnul khatimah harus menjadi pilihan. Untuk mencapai itu, harus melalui jalan syari'at dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Ta'ala. Tanpanya, husnul khatimah itu nihil. Bukankah, perahu tak akan berjalan di daratan?

Wahai orang tua yang telah bongkok punggungnya dan dekat ajalnya, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Wahai pemuda gagah yang bergelimang harta dan sejuta asa, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Ia adalah malam pertama dengan dua wajah, mungkin menjadi malam pertama bagi malam-malam syurga berikutnya, atau menjadi malam pertama bagi malam-malam neraka selanjutnya.
(Dipetik dari buku Malam Pertama Di Alam Kubur karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarni)

Rabu, Januari 23, 2008

Farshi Turab (Tanah Itu Tilamku)

Mishari Al-Arada



Akhil Hayy



فرشي التراب يضمني وهو غطائي
حولي الرمال تلفني بل من ورائي
واللحد يحكي ظلمة فيها ابتلائي
والنور خط كتابه أنسي لقائي
والأهل أين حنانهم باعوا وفائي
والصحب أين جموعهم تركوا إخائي
والمال أين هنائه صار ورائي
والاسم أين بريقه بين الثنائي
هذه نهاية حالي فرشي التراب
والحب ودع شوقه وبكى رثائي
والدمع جف مسيله بعد البكائي
والكون ضاق بوسعه ضاقت فضائي
فاللحد صار بجثتي أرضي سمائي
هذه نهاية حالي فرشي التراب
والخوف يملأ غربتي والحزن دائي
أرجو الثبات فإنه قسماً دوائي
والرب أدعوا مخلصا ً أنت رجائي
أبغي إلهي جنة فيها هنائي

Kamis, Januari 17, 2008

KALAULAH KITA TAHU!


WAHAI SAUDARA SEAKIDAHKU, SUDAHKAH KAMU BERSIAP SEDIA DARI SEKARANG UNTUK MENGHADAPI MALAM PERTAMA DI DALAM KUBUR?

WAHAI GENERASI MUDA YANG SELALU TERPEDAYA OLEH KESENANGAN, PERMAINAN DAN HIBURAN, SUDAHKAH KAMU BERSIAP SEDIA DARI SEKARANG UNTUK MENGHADAPI MALAM PERTAMA DI DALAM KUBUR?
PERNAHKAH KAMU MENDENGAR BAHAWA ORANG MATI MENGERJAKAN SOLAT DI DALAM KUBURNYA?
PERNAHKAH KAMU MENDENGAR BAHAWA ORANG MATI BERPUASA DI DALAM KUBURNYA?
PERNAHKAH KAMU MENDENGAR BAHAWA ORANG MATI BERZIKIR DI DALAM KUBURNYA?

JADIKANLAH LAILA HAILLALLAH SEBAGAI BEKALANMU DAN BACALAH SELAU PADA SETIAP MASA . DEMI ALLAH , SELEPAS KITA MATI, KITA TIDAK LAGI DAPAT MEMBACA LAILA HAILLALLAH...

WAHAI SEKALIAN HAMBA ALLAH, RENUNGKANLAH DAN FIKIRKANLAH LIANG LAHAD YANG SEMPIT ITU. IA ADALAH TEMPAT ULAR DAN ULAT TANAH. IA AMAT MENGGERUNKAN! ADAKAH KAMU AKAN MAMPU BERSABAR TINGGAL DI DALAMNYA?

" WAHAI SEKALIAN MANUSIA! DEMI ALLAH KALAULAH KAMU MENGETAHUI APA YANG AKU KETAHUI SEKARANG INI, NESCAYA KAMU AKAN SEDIKIT TERTAWA DAN BANYAK MENANGIS” (HADIS RIWAYAT AL-BUKHARI DAN MUSLIM)
(Petikan daripada buku Sakratul Maut: Bersediakah Anda Menghadapinya karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarni)

Rabu, Januari 16, 2008

Hidupnya Insan - Hijjaz

Hayatilah lagu ini...



Hidupnya insan
Tiada yang abadi
Menunggu saat panggilan azali
Hilanglah nafas tak bergerak lagi
Tanah perkuburan kita bersemadi

Ya Tuhan... Ya Allah... Ya Rahman...
Ampuni kami

Mayat terbujur telah dikafan
Dibawa pergi sanak saudara
Di kubur tempat akhir pesanan
Tinggal di dalam gelap gelita

Ya Tuhan... Ya Allah...Ya Rahman
Ampuni kami

Talkin dibaca ingatan diberi
Kepada semua yang hidup lagi
Jadikanlah tauladan kesedaran diri
Kubur yang sempit siksa sekali

Sabtu, Januari 12, 2008

Ringkasan Cara Pengurusan Jenazah [Pada Saat Sakit, Menjelang Mati, Ketika Meninggal Dunia]

[Tulisan ini hanya ringkasan dan tidak memuat dalil-dalil semua permasalahan secara terperinci. Maka barangsiapa di antara pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalil setiap pembahasan dipersilakan membaca kitab aslinya "Ahkaamul Janaaiz wa Bid'ihaa" atau dalam bahasa melayunya Persoalan Berkaitan Pengurusan Jenazah terbitan Jahabersa karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah]

I PADA SAAT SAKIT

[1] Orang yang sakit wajib menerima qadha (ketentuan) Allah, bersabar menghadapi serta berbaik sangka kepada Allah, semua ini baik baginya.

[2] Ia harus mempunyai perasaan takut serta harapan, yaitu takut akan siksaan Allah karena adanya dosa-dosa yang telah ia lakukan, serta harapan akan rahmat Allah.

[3] Bagaimana parahnya penyakitnya, ia tidak boleh mengangan-angan kematian, kalaupun terpaksa, maka hendaknya ia berdoa : -Allahumma ahyanii maa kanati al-hayatu khairan lii wa tawaffaniy idzaa kanati al-wafaatu khairan lii- "Artinya : Ya Allah hidupkanlah akau jika kehidupan lebih baik bagiku, matiknalah aku jika kematian lebih baik bagiku"

[4] Jika ia mempunyai kewajiban yang menyangkut hak orang lain, hendaknya menyelesaikan secepat mungkin. Jika tidak mampu hendaknya berwasiat untuk penyelesaiannya.

[5] Ia harus bersegera berwasiat

II MENJELANG MATI

[1] Menjelang mati, maka orang-orang yang ada di sekitarnya harus melakukan hal-hal berikut :

a. Mentalqin (menuntun) mengucapkan -Laa Ilaha Illal-llah- "Artinya : Tiada yang berhak disembah selain Allah"
b. Mendo'akan
c. Mengucapkan perkataan yang baik.

[2] Adapun membacakan surat Yaa sin di sisi orang yang meninggal atau menghadapkan ke kiblat maka amalan tersebut tidak ada dalilnya.

[3] Seorang muslim boleh menghadiri kematian orang non-muslim untuk menganjurkan kepadanya supaya masuk Islam (sebelum meninggal dunia).

III KETIKA MENINGGAL DUNIA

Jika sudah meninggal dunia maka orang-orang yang ada disekitarnya harus melakukan hal-hal berikut :

[1] Memejamkan mata mayyit
[2] Mendo'akan
[3] Menutupnya dengan kain yang meliputi semua anggota tubuhnya. Tapi jika yang meninggal sedang melakukan ihram, maka kepala dan wajahnya tidak ditutupi
[4] Bersegera menyelenggarakan jenazahnya setelah yakin bahwa ia sudah betul-betul meninggal
[5] Menguburkan di kampung tempat ia meninggal, tidak memindahkan ke daerah lain kecuali dalam kondisi darurat. Karena memindahkan mayat ke daerah lain berarti menyalahi perintah mempercepat pelaksanaan jenazah.
[6] Bersegera menyelesaikan utang-utangnya semuanya dari harta si mayyit sendiri, mekipun sampai habis hartanya, maka negaralah yang menutupi utang-utangnya setelah ia sendiri sudah berusaha membayarnya. Jika negara tidak melakukan hal itu dan ada yang berbaik budi melunasinya, maka hal itu dibolehkan.

IV YANG BOLEH DILAKUKAN PARA KERABATNYA DAN ORANG LAIN

[1] Boleh membuka wajah mayyit dan menciumnya, menangisi -tanpa ratapan- dalam kurung tiga hari.

[2] Tatkala berita kematian sampai kepada kerabat mayyit, mereka harus :

[a] Bersabar serta redha akan ketentuan Allah
[b] Beristirjaa' yaitu membaca : -Inna Lillahi wa Innaa Ilaihi Raaji'uun- "Artinya : Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya-lah kita akan kembal"

[3] Tidaklah menyalahi kesabaran jika ada wanita yang tidak berhias sama sekali asal tidak melebihi tiga hari setelah meninggalnya ayahnya atau selain ayahnya. Kecuali jika yang meninggal adalah suaminya, maka ia tidak berhias selama empat bulan sepuluh hari, karena hal ini ada dalilnya.

[4] Jika yang meninggal selain suaminya, maka lebih afdhal jika tidak meninggalkan perhiasannya untuk meredlakan/menyenangkan suaminya serta memuaskannya. Dan diharapkan adanya kebaikan di balik itu.

V HAL-HAL YANG TERLARANGRasulullah telah melarang/mengharamkan hal yang selalu dilakukan oleh banyak orang disaat ada yang meninggal, hal-hal yang dilarang tersebut wajib diketahui untuk dihindari, di antaranya :

[1] Meratap, yaitu menangis berlebih-lebihan, berteriak, memukul wajah, merobek-robek kantong pakaian dan lain-lain.
[2] Mengacak-acak rambut

[3] Laki-laki memperpanjang jenggot selama beberapa hari sebagai selama beberapa hari sebagai tanda duka atas kematian seseorang. Jika duka sudah berlalu maka mereka kembali mencukur jenggot lagi.

[4] Mengumumkan kematian lewat menara-menara atau tempat lain, karena cara mengumumkan yang seperti itu terlarang dan syariat.

VI CARA MENGUMUMKAN KEMATIAN YANG DIBOLEHKAN

[1] Boleh menyampaikan berita kematian tanpa menempuh cara-cara yang diamalkan pada zaman jahiliyah dahulu. Bahkan terkadang menyampaikan berita kematian hukumnya menjadi wajib jika tidak ada yang memandikannya, mengkafani, menshalati dan lain-lain.

[2] Bagi yang menyampaikan berita kematian dibolehkan meminta kepada orang lain supaya mendo'akan mayyit, karena hal ini ada landasannya di dalam sunnah

VII TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH

Telah sah pejelasan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau menyebutkan beberapa tanda husnul khatimah (kematian/akhir hidu yang baik). Jika seseorang meinggal dunia dengan mengalami salah satu di antara tanda-tanda itu maka itu merupakan kabar gembira.

[1] Mengucapkan syahadat di saat meninggal
[2] Mati dengan berkeringat pada dahi
[3] Mati pada hari Jum'at atau pada malam Jum'at
[4] Mati Syahid di medan jihad
[5] Mati terkena penyait thaa'uun
[6] Mati terkena penyakit perut
[7] Mati tenggelam
[8] Mati terkena reruntuhan
[9] Mati seorang wanita hamil karenan janinnya
[10] Mati terkena penyakit paru
[11] Mati membela agama atau diri
[12] Mati membela/mempertahankan harta yang akan dirompak
[13] Mati dalam keterikatan dengan jalan Allah
[14] Mati dalam suatu amalan shalih
[15] Mati terbakar

[Disalin dari kitab Muhtasar Kitab Ahkaamul Janaaiz wa Bid'ihaa, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, diringkas oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan diterjemahkan oleh Muhammad Dahri Komaruddin]

Jumat, Januari 11, 2008

Mati Sebagai Suatu Sunnah (Peraturan) Allah

'Mati' ialah lawan 'hidup'. Manakala 'tiada' ialah lawan 'ada'. Hukum yang berlaku pada makhluk ini ialah bila 'hidup' maka dia berakhir dengan 'mati.' Siapa takutkan 'mati', maka seolah-olah hidup itu tidak wujud baginya. Jelasnya siapa yang diberi hidup, maka dia akan menyusul dengan 'kematian.' Cuma tinggal lagi persoalan, bilakah kita mati?

Tiadalah siapa yang tahu bila dan di mana dia akan mati, demikian juga bila akan berlaku hari kiamat, sebab perkara-perkara ini adalah termasuk perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah sahaja.

"Sungguhnya di sisi Allahlah pengetahuan tentang hari kiamat, sedang Dialah yang menurunkan hujan dan Dia mengetahui kandungan rahim dan tiadalah seorang pun yang dapat mengetahui (dengan tepat) apa yang akan diusahakannya esok dan tiadalah seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Halus PengetahuanNya." (Luqman: 34)

Oleh sebab suasana kematian itu boleh menyebabkan seseorang bertukar agama dan pegangan hidup yang berpunca daripada godaan syaitan dan kejahatan keinginan nafsu, maka seseorang mukmin disarankan agar bersiap-sedia lebih awal bagi menghadapi peristiwa kematian dengan melihat atau merasakan beberapa alamat, tanda atau bukti tertentu.

Kematian itu berlaku bila tibanya ajal (ketetapan Allah). Biasanya dia bermula dengan sakit dan kelemahan badan. Bila perubahan fizikal makin merusak dan gangguan-gangguan tidur kerap berlaku, maka di kala itu seseorang perlu membanyakkan persiapan bagaimana yang akan dipaparkan nanti.

Akan tetapi bila kematian itu hampir benar akan berlaku, terdapat beberapa beberapa alamat, antaranya keadaan nadi yang sangat lemah, merosotnya bekalan darah, keadaan antara sedar dan tidak sedar diri dan akhirnya terasa sesuatu yang mendadak secara luar biasa menyerang tubuh.

Mungkin sebelum berlaku perubahan ini, seseorang berlagak ganjil dengan keluarga dan anak-anak, di mana menggambarkan dia akan meninggal keluarga buat selama-selamanya.

Bagi orang mukmin, bila hampir mati terasa mati adalah lebih baik daripada hidup dan terasa lebih tenang untuk menemui Kekasih (Allah).
(Dipetik dari buku Bacaan Di Hari-Hari Akhir Menghadapi Kematian karya Abdullah Al-Qari Hj. Salleh)